Tinkerbell

Rabu, 30 Oktober 2013

Sekilas Sejarah tentang Benteng Rotterdam



 

Benteng Rotterdam.Di Makassar ada satu benteng besar yang berdiri megah, namanya Fort Rotterdam. Jangan bayangkan lokasi benteng ini berada jauh diluar kota, dan kita harus menghabiskan waktu sekian jam untuk duduk dimobil berkecepatan tinggi, karena lokasi benteng ini terletak didalam kota Makassar sehingga cukup mudah untuk mencapainya.
Benteng dengan halaman seluas dua kali Museum Fatahilah Jakarta ini letaknya didepan pelabuhan laut kota Makasar atau ditengah pusat perdagangan sentral kota. Apabila kita menginap di area seputar pantai Losari, maka jaraknya dalam kisaran radius 2 km-an saja. Dari jalan raya, Fort Rotterdam yang juga akrab disebut benteng Ujungpandang (nama lain dari Makassar) akan mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan kantor diseputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi 5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam pantai.
Memasuki pintu utamanya yg berukuran kecil, kita akan segera disergap oleh nuansa masa lalu. Tembok yang tebal sangat kokoh, pintu kayu, gerendel kuno, akan terlihat jelas. Masuk ke benteng sebetulnya tidak dipungut bayaran, karena area didalam benteng tidak dijadikan museum cagar budaya yg kosong melompong. Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, sehingga suasana seram yang biasa kita jumpai dilokasi tua semacam ini tidak begitu kental karena masih dijumpai manusia berseliweran kian kemari. Karena area ini dipakai sebagai kantor, sehingga kebersihan dan kerapihan lingkungan disana masih terawat cukup baik.


Benteng ini awalnya dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.
Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan untuk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani “perjanjian Bongaya” pada 18 Nov 1667.
Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gub Jend Belanda Cornelis Speelman.
 
Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng, adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. Dia seorang diri ditempatkan didalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh. Diruang itu ia disedikana sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya seperti peralatan shalat, alquran, dan tempat tidur. Banyak kemudian yang meyakini bahwa Diponegoro wafat di Makassar, lalu ia dikuburkan disitu juga. Tapi ada pendapat lain mengatakan, mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia wafat Belanda memindah ia ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa atau disitu

Kamis, 24 Oktober 2013

Kebudayaan Makassar

Makassar merupakan ibu kota dari provinsi sulawesi selatan. Makassar terkenal dengan berbagai macam kebudayaannya dan makanan khasnya yang sangat enak. Maka dari itu banyak sekali orang-orang selain orang makassar sangat menyukai makanan khas makassar. Makanan khas Makassar antara lain coto Makassar, pisang ijo, pisang epek, pisang palubutung, kondro, barongko dan masih banyak lagi. Selain itu tariannya pun menarik. Antara lain tarian Pakarena. Pada abad 20, tarian ini keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan populer. Seringkali dipentaskan di sejumlah acara, seperti pernikahan, ritual pengobatan dan sunatan. Tari ini sangat energik, terkadang begitu hingar bingar oleh musik, namun diiringi oleh tarian yang sangat lambat lemah gemulai dari para penari wanita muda. Dua kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik) mengiringi dua penari.
Sementara itu, busana adat Makasar memiliki perbedaan antara busana pria dan busana wanita. Busana adat pria dengan baju bella dada dan jas tutunya sedangkan busana adat wanita dengan baju bodo dan baju labbunya.

Busana adat pria.

Terdiri atas baju, celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala atau passapu. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada. Model baju yang tampak adalah berlengan panjang, leher berkrah, saku di kanan dan kiri baju, serta diberi kancing yang terbuat dari emas atau perak dan dipasang pada leher baju.
Khusus untuk tutup kepala, bahan yang biasa digunakan berasal dari kain pasapu yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam. Bila tutup kepala pada busana adat pria Makasar dihiasi dengan benang emas, masyarakat menyebutnya mbiring. Namun jika keadaan sebaliknya atau tutup kepala tidak berhias benang emas, masyarakat menyebutnya pasapu guru. Biasanya, yang mengenakan pasapu guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makasar yang tidak pernah lupa untuk dikenakan adalah perhiasan seperti keris, gelang, selempang atau rante sembang, sapu tangan berhias atau passapu ambara, dan hiasan pada penutup kepala atau sigarak. Keris yang senantiasa digunakan adalah keris dengan kepala dan sarung yang terbuat dari emas, dikenal dengan sebutan pasattimpo atau tatarapeng.
Busana adat wanita
Terdiri atas baju dan sarung atau lipa. Ada dua jenis baju yang biasa dikenakan oleh kaum wanita, yakni baju bodo dan baju labbu dengan kekhasannya tersendiri. Baju bodo berbentuk segi empat, tidak berlengan, sisi samping kain dijahit, dan pada bagian atas dilubangi untuk memasukkan kepala yang sekaligus juga merupakan leher baju. Adapun baju labbu atau disebut juga baju bodo panjang, biasanya berbentuk baju kurung berlengan panjang dan ketat mulai dari siku sampai pergelangan tangan. Bahan dasar yang kerap digunakan untuk membuat baju labbu seperti itu adalah kain sutera tipis, berwarna tua dengan corak bunga-bunga. Kaum wanita dari berbagai kalangan manapun bisa mengenakan baju labbu.
Pasangan baju bodo dan baju labbu adalah kain sarung atau lipa, yang terbuat dari benang biasa atau lipa garusuk maupun kain sarung sutera atau lipa sabbe dengan warna dan corak yang beragam. Namun pada umumnya, warna dasar sarung Makasar adalah hitam, coklat tua, atau biru tua, dengan hiasan motif kecilkecil yang disebut corak cadii.
Sama halnya dengan pria, wanita makasar pun memakai berbagai perhiasan untuk melengkapi tampilan busana yang dikenakannya Unsur perhiasan yang terdapat di kepala adalah mahkota (saloko), sanggul berhiaskan bunga dengan tangkainya (pinang goyang), dan anting panjang (bangkarak). Perhiasan di leher antara lain kalung berantai (geno ma`bule), kalung panjang (rantekote), dan kalung besar (geno sibatu), dan berbagai aksesori lainnya. Penggunaan busana adat wanita Makasar yang lengkap dengan berbagai aksesorinya terlihat pada busana pengantin wanita. Begitu pula halnya dengan para pengiring pengantin, hanya saja perhiasan yang dikenakannya tidak selengkap itu.
Selain itu,terdapat juga adat pernikahan orang Makassar. Banyak sekali serangkaian kegiatan pernikahan adat di Makassar yaitu sebagai berikut :
1. A’jagang-jagang/Ma’manu-manu
Penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.
2. A’suro/Massuro
Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa dilakukan beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.
3. Appa’nasa/Patenre Ada
Usai acara pinangan, dilakukan appa’nasa/patenre ada yaitu menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang belanja. Besarnya mas kawin dan uang belanja ditentukan menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga pria.
4. Appanai Leko Lompo (erang-erang)
Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A’bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan waktu, sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau Appa’nasa.
5. A’barumbung (mappesau)
Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.
6. Appasili Bunting (Cemme Mapepaccing)
Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a’bubu, dan appakanre bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan mendapat perlindungan dari Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam mara bahaya. Acara ini dilanjutkan dengan Macceko/A’bubu atau mencukur rambut halus di sekitar dahi yang dilakukan oleh Anrong Bunting (penata rias). Tujuannya agar dadasa atau hiasan hitam pada dahi yang dikenakan calon mempelai wanita dapat melekat dengan baik. Setelah usai, dilanjutkan dengan acara Appakanre Bunting atau suapan calon mempelai yang dilakukan oleh anrong bunting dan orang tua calon mempelai. Suapan dari orang tua kepada calon mempelai merupakan simbol bahwa tanggung jawab orang tua kepada si anak sudah berakhir dan dialihkan ke calon suami si calon mempelai wanita.
7. Akkorongtigi/Mappaci
Upacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang diminta meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam mappaci dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing calon mempelai.
8. Assimorong/Menre’kawing
Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar ke rumah calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makasar) atau Menre’kawing (Bugis). Di masa sekarang, dilakukan bersamaan dengan prosesi Appanai Leko Lompo (seserahan). Karena dilakukan bersamaan, maka rombongan terdiri dari dua rombongan, yaitu rombongan pembawa Leko Lompo (seserahan) dan rombongan calon mempelai pria bersama keluarga dan undangan.
9. Appabajikang Bunting
Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi Bugis-Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting (pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh keluarga mempelai wanita.
10. Alleka bunting (marolla)
Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga diantar ke rumah orang tua mempelai pria. Rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagia balasan untuk mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung untuk orang tua mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut Makkasiwiang.
Apabila sepasang pengantin sudah melakukan serangkaian kegiatan diatas, barulah mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri.
Sumber :

Selasa, 22 Oktober 2013

Kebudayaan Unik Tana Toraja


Kebudayaan Tana Toraja merupakan satu diantara banyaknya kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Indonesia adalah negara dengan berbagai suku bangsa yang mendiaminya dari bagian barat hingga timur. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki keunikannya tersendiri. Keunikan itu membuat Indonesia menjadi negara wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Begitupun dengan keunikan yang dimiliki oleh kebudayaan Tana Toraja.
Sebagai bagian dari kebudayaan yang dimiliki Indonesia, kebudayaan Tana Toraja merupakan salah satu kebudayaan yang harus tetap dilestarikan. Bukan hanya oleh mereka yang merupakan warga Tana Toraja itu sendiri, tetapi juga kita selaku warga Indonesia. Warisan budaya Indonesia sangat kaya. Semuanya seolah terwakilkan oleh kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Termasuk kebudayaan Tana Toraja.
Kekayaan suku bangsa yang ada merupakan harta paling berharga untuk kita jaga dan lestarikan. Kebudayaan yang tercipta dari hasil karsa manusia patut kita pelihara untuk menjaga kelangsungan hidup suku bangsa di Indonesia. kebudayaan Tana Toraja memiliki posisi yang juga demikian. Merupakan kekayaan budaya yang memang harus dilestarikan.
Kawasan Indonesia membentang dari barat ke timur. Di Indonesia bagian barat, kita mengenal suku Melayu, suku Kubu, Batak, Mentawai yang memiliki kekhasan budaya. Menyeberangi bagian barat, kita menemukan suku Badui, Jawa, Dayak, dengan keanekaragaman kearifan lokal. Sama halnya dengan Indonesia bagian timur, kita memiliki suku Bima, Bugis, Papua, dan kebudayaan Tana Toraja yang masih memiliki sangat asli. Bangsa yang bijak adalah bangsa yang menghargai hasil cipta, karya, dan karsa suku bangsa yang mendiaminya.
Dari sekian banyak suku bangsa yang ada di Indonesia, ada suku bangsa yang memiliki kebudayaan unik. Bagi Anda yang memiliki jiwa petualang atau suka mengunjungi tempat-tempat wisata, kebudayaan Tana Toraja bisa dijadikan sebuah alternatif hiburan yang dapat membuat wawasan kita tentang kebudayaan Indonesia bertambah.

Kebudayaan Tana Toraja - Mengenal Tana Toraja

Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Kabupaten Tana Toraja beribu kota Makale. Suku bangsa yang mendiami Tana Toraja adalah suku Toraja. Masyarakat Tana Toraja adalah pelaku utama darikebudayaan Tana Toraja itu sendiri.
Populasi suku Toraja yang mendiami kabupaten Tana Toraja sebanyak 450.000 jiwa. Masyarakat dalam kebudayaan Tana Toraja, masyarakatnya mayoritas beragama Kristen. Namun, masih ada sebagian yang memeluk agama Islam dan sebagian lagi masih menganut kepercayaan animisme, Aluk To Dolo.
Kata Toraja itu sendiri berasal dari bahasa Bugis to riaja, yang artinya 'orang yang berdiam di negeri atas'. Dari namanya saja kita seharusnya bisa merasakan keunikan yang dimiliki oleh kebudayaan Tana Toraja tersebut.

Keunikan Kebudayaan Tana Toraja

Keunikan kebudayaan Tana Toraja terletak pada ritual pemakaman, rumah tradisional, ukiran kayu dan tari-tariannya. Dari sekian banyak kebudayaan yang ada, ritual pemakaman merupakan peristiwa sosial yang penting dalam strata kehidupan masyarakat Toraja.

1. Ritual Pemakaman dalam Kebudayaan Tana Toraja

Berbeda dengan kebudayaan pada daerah lain di Indonesia, ritual pemakaman yang dimiliki oleh kebudayaan Tana Toraja terbilang "rumit". Dalam kebudayaan Tana Toraja, upacara memakamkan seseorang menjadi sebuah acara adat yang membutuhkan biaya sangat mahal.
Upacara pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat dengan kebudayaan Tana Toraja bisa menunjukkan status sosial seseorang. Semakin kaya, maka upacara pemakamannya akan semakin mewah dan besar. Jika keluarga yang ditinggalkan datang dari keluarga yang sederhana, maka ia harus mengumpulkan uang terlebih dahulu agar bisa mengadakan upacara pemakaman.
Penyembelihan kerbau dan babi juga mewarnai upacara pemakaman pada kebudayaan Tana Toraja. Dalam upacara pemakaman masyarakat Tana Toraja, mayat akan disemayamkan dengan tiga cara, yaitu peti berisi mayat disimpan didalam gua, dimakamkan dibatu berukir atau digantung begitu saja ditepian tebing-tebing batu.

2. Kebudayaan Tana Toraja - Tingkatan Sosial dalam Masyarakat Toraja

Hubungan keluarga masyarakat di sini bertalian dekat dengan kelas sosial. Tingkatan kelas sosial masih terlihat pada kebudayaan Tana Toraja. Kelas sosial diturunkan melalui ibu.Adapun tingkatan kelas sosial yang dikenal dalam kebudayaan Tana Toraja yaitu bangsawan, orang biasa, dan budak. Budak sudah dihapuskan sejak zaman penjajahan Belanda meskipun saat ini masih ada sebagian masyarakat yang menjadi budak.
Kelas bangsawan mendapat tempat yang sangat dihormati di kebudayaan Tana Toraja. Bangsawan sangat menjaga martabat kebangsawanannya. Hal ini dapat dilihat masih adanya sikap merendahkan terhadap orang biasa karena alasan martabat keluarga.Kaum bangsawan wajib mengadakan ritual pemakaman dan jenazah bangsawan di letakkan di tempat pemakaman khusus.

3. Kebudayaan Tana Toraja - Rumah Adat

Suku Toraja memiliki rumah tradisional yang khas. Rumah tradisional khas kebudayaan Tana Toraja disebut rumah Tongkonan, berasal dari bahasa Toraja, tongkon, yang berarti 'duduk'.
Rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat dalam kebudayan Tana Toraja.
Dalam kebudayaan Tana Toraja, ada tiga jenis rumah Tongkonan. Pertama, Tongkonan Layuk merupakan tempat kekuasaan tertinggi yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Kedua, Tongkonan Pekamberan merupakan milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal. Terakhir, Tongkonan Batu khusus anggota keluarga biasa.

4. Kebudayaan Tana Toraja - Keunikan Ukiran dan Pahatan Asal Toraja

Ciri khas lain dari kebudayaan Tana Toraja adalah adanya seni ukiran. Suku Toraja menggunakan ukiran untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial. Ukiran dari kayu ini juga merupakan wadah berkomunikasi orang Toraja karena bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Oleh karena itu, ukiran kayu yang disebutPa'ssura (tulisan) merupakan perwujudan budaya Toraja atau wujud dari kebudayaan Tana Toraja.
Ada sekitar 67 jenis ukiran dengan aneka corak dan warna pada kebudayaan Tana Toraja. Setiap ukiran memiliki nama khusus dan motif yang berbeda. Contohnya, ukiran motif hewan dan tanaman melambangkan kebajikan, motif tanaman seperti gulma air serta hewan seperti kepiting dan kecebong melambangkan kesuburan.
Selain seni ukir, dikenal seni pahat. Seni ini dapat dilihat dalam rumah Tongkonan. Salah satu hasil seni pahat dalam kebudayaan Tana Toraja adalah Kabongo', yaitu kepala kerbau yang dipahat dari kayu cendana atau kayu nangka dan dilengkapi tanduk kerbau asli.

5. Kebudayaan Tana Toraja - Tempat Wisata di Tana Toraja

Lokasi wisata yang sering dikunjungi di Tana Toraja adalah Rantepao. Rantepao terletak sekitar 328 km dari Makassar dan Makale. Kota Rantepao ini terletak di dataran yang lebih tinggi dengan pemandangan yang sangat indah. Tidak jauh dari kota Rantepao, terdapat dua lokasi pemakaman suku Toraja yang terkenal, yaitu Ke'te Kesu dan Londa.
Ke'te Kesu dan Londa adalah tempat pekuburan alam purba berdinding batu, berupa gua.Gua-gua di Ke'te Kasu dan Londa kedalamannya bisa mencapai 1000 m. Pekuburan alam purba ini dilengkapi benteng pertahanan yang bernama Tarangenge, yang terletak di atas punggung gua. Pemandangan spektakuler tersebut semakin menambah kaya kebudayaan Tana Toraja.
Gua tersebut penuh dengan tulang dan tengkorak para leluhur dan tau-tau. Tau-tau ini merupakan pertanda bahwa telah sekian banyak putra-putra Toraja terbaik yang dimakamkan melalui upacara adat tertinggi di wilayah Tana Toraja. Bagaimanapun bentuknya,kebudayaan Tana Toraja tetap menjadi salah satu kebanggaan Indonesia yang harus dilestarikan.

Selasa, 08 Oktober 2013

Puisi Tanpa Judul

Puisi


Tanpa Judul



Ku tak tahu apa yang ku pikirkan  
Ku tak tahu apa yang ku tuliskan
Ku tak tahu apa yang ku inginkan


Hanya tulisan semata
Hanya coretan belaka
Hanya untaian kata


Tanpa judul ku tulis
Tanpa kata puitis ku buat
Dan tanpa romantis ku sampaikan

Sabtu, 05 Oktober 2013

PENGENALAN FLOWCHART


PENGENALAN FLOWCHART

Flowchart adalah penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan 
penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan 
prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan 
masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis 
alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian.
System flowchart adalah urutan proses dalam system dengan menunjukkan alat media input, 
output serta jenis media penyimpanan dalam proses pengolahan data.
Program flowchart adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan 
urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses (instruksi) dengan proses 
lainnya dalam suatu program
PEDOMAN-PEDOMAN DALAM MEMBUAT FLOWCHART
Jika seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang 
harus diperhatikan, seperti :
1. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
2. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat
    dimengerti oleh pembacanya.
3. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja,
     misalkan Melakukan penggandaan diri.
5. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati.
    Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu
    digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan
    percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila
    percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.
7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.

Simbol-Simbol Flowchart


Contoh Simbol-Simbol Flowchart Simbol-simbol flowchart yang digunakan Gilbreth kurang dikenal secara umum.  Ini mungkin karena meluasnya penggunaan Microsoft Office, yang mana Microsoft Office merujuk simbol-simbol dasar flowchart kepada simbol-simbol  flowchartuntuk pengolahan data (data processing). Sejauh yang saya tahu simbol-simbol ini sama persis  dengan template yang digunakan IBM pada 1960-an untuk simbol flowchart pengolahan data. Berikut bentuk simbol-simbol tersebut:


Terminator, simbol untuk menunjukkan awal atau akhir dari aliran proses. Umumnya, diberi kata-kata ‘Start’, ‘End’, ‘Mulai’, atau ‘Selesai’.

ProcessProcess, simbol untuk menunjukkan sebuah langkah  proses atau operasi. Umumnya, menggunakan kata kerja dalam deskripsi yang singkat dan jelas.

DirectionConnector, tanda panah yang menunjukkan arah aliran dari satu proses ke proses yang lain.

 DecisionDecision, simbol untuk menunjukkan sebuah langkah  pengambilan keputusan. Umumnya, menggunakan bentuk pertanyaan, dan biasanya jawabannya terdiri dari ‘yes’ dan ‘no’ atau ’ya’ dan ‘tidak’  yang menentukan bagaimana alur dalam flowchart berjalan selanjutnya berdasarkan kriteria atau pertanyaan tersebut.

Sub-processSub-process, simbol untuk menunjukkan bahwa dalam langkah yang dimaksud terdapat flowchart lain yang menggambarkan langkah tersebut lebih  rinci.

DocumentDocument, simbol untuk menunjukkan proses atau keberadaan dokumen.

I/OInput/Output, simbol untuk menunjukkan data yang menjadi input  atau output proses.

On-page ReferenceConnector (On-page), simbol untuk menunjukkan hubungan simbol dalamflowchart sebagai pengganti garis untuk menyederhanakan bentuk saat simbol yang akan dihubungkan jaraknya berjauhan dan rumit jika dihubungkan dengan garis.

Off-page ReferenceOff-page Connector, fungsinya sama dengan Connector, akan tetapi digunakan untuk menghubungkan simbol-simbol yang berada pada halaman yang berbeda. Label untuk Connector dapat menggunakan huruf dan Off-page Connector menggunakan angka.
Simbol-simbol yang diperlihatkan di atas adalah sebagian standar simbol-simbol yang disepakati dan banyak digunakan dibeberapa belahan dunia, mungkin saja organisasi atau perusahaan tempat anda bekerja mempunyai standar simbol sendiri, hal yang terpenting kita harus menyepakati simbol yang digunakan agar tidak terjadi konflik saat dikomunikasikan. 
 

FITRIA AULIA NUFUS Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang