Senin, 02 Januari 2017
Senin, 07 November 2016
Sistem Informasi Psikologi (Softskill tugas 2)
1. Sistem
Sistem
adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk
mencapai tujuan tertentu. Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma)
dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model
matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem
juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti
negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain
seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana
yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
Sistem adalah sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Ada banyak
pendapat tentang pengertian dan definisi sistem yang dijelaskan oleh beberapa
ahli. Berikut pengertian dan definisi sistem menurut beberapa ahli:
·
Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari
elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem
ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti
tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
·
Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan
dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan
lainnya.
·
Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari
bagian-bagian yang saling berhubungan, yang secara bersama mencapai
tujuan-tujuan yang sama.
·
Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat
elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan
pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan
mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk
menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
·
Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari
elemen-elemen yang beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.
2. Karakteristik
Sistem
Menurut
Fatta (2007) untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu
membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah
karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan lainnya:
1)
Memiliki komponen (component). Kegiatan atau proses
dalam suat sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah
jadi (output). Komponen bisa berupa subsistem dari sebuah sistem.
2)
Memiliki Batasan (boundary). Penggambaran dari suatu
elemen atau unsur mana yang termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar
sistem.
3)
Lingkungan (environment). Segala sesuatu diluar
sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala dan input terhadap suatu
sistem.
4)
Penghubung (interface). Tempat di mana komponen atau
sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
5)
Masukan (input). Sumber daya (data, bahan baku,
peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu
sistem.
6)
Keluaran (outpu). Sumber daya atau produk (informasi,
laporan, dokumen, dan tampilan) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh
kegiatan dalam suatu sistem.
7)
Pengolahan sistem (process). Suatu sistem dapat
mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.
8)
Sasaran atau tujuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh
sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan.
3. Elemen
Suatu sistem
pada dasarnya adalah sekolompok bentuk atau unsur yang erat berhubungan satu
dengan yang lain, serta berfungsi bersamasama demi mencapai tujuan
tertentu. Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu
kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir,
saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu.
Menurut Togar (1994:11) elemen sistem merupakan bagian terkecil dari sistem
yang dapat diidentifikasi. Input dan output adalah kerangka yang bermanfaat
untuk mengevaluasi operasi sistem (analisis proses) dan menentukan
alternatif-alternatif untuk peningkatan performansi sistem (analisis hasil
akhir). Lingkungan sistem adalah kumpulan obyek dimana perubahannya akan
mempengaruhisistem dalam batas – batas tertentu (Widiastusti, 2014).
a.
Tujuan, setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah
hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang
mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak
terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain
berbeda (Widiastuti, 2014)
b.
Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik, Mekanisme
pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan
balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan
untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur
agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
c.
Input (Masukan), suatu sistem yang masuk dan
selanjutnya menjadi bahan yang di proses. Contoh masukan yang berwujud
adalah bahan mentah sedangkan yang tidak mentah seperti informasi.
d.
Proses, merupakan bagian yang melakukan perubahan atau
transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai,
misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang
tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia,
proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa
aktivitas pembedahan pasien.
e.
Output (Keluaran), keluaran sistem atau hasil dari
energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa
pembuangan. Contoh komputer menghasilkan panas yang merupakan sisa pembuangan,
sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan (Hutahaean, 2014)
4. Model Sistem
Informasi Psikologi
Sistem informasi
psikologi adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mendapatkan informasi –
informasi yang berhubungan dengan psikologis. Penggunaan sistem informasi dalam
psikologi dimungkinkan karena banyak hal dalam dunia psikologi yang masih bisa
dikelola dengan sentuhan komputerisasi. Banyaknya tes – tes psikologi yang dulu
diberikan secara manual sudah bisa dikomputerisasi seperti Papikostik, hal ini
merupakan kerjasama antar bidang ilmu computer dan psikologi yang pada akhirnya
bermanfaat untuk peningkatan kualitas tes psikologi itu sendiri (Vaniaa, 2012).
Daftar Pustaka :
- http://raniwidiastuti.blogspot.co.id/2014/11/komponen-elemen-elemen-sistem.html
- Fatta, H. A (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi. Jakarta: Andi Offset.
- http://widyadjaati.blogspot.co.id/2016/10/tugas-ke-2-sistem-informasi-psikologi.html
Selasa, 04 Oktober 2016
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
1. PENGERTIAN SISTEM
Menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu sasaran yang
tertentu.
Menurut Gaol (2008) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit lainnya
yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat
dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut Poerwadarminta (2003) sistem adalah sekelompok bagian-bagian
yang berupa alat dan lain sebagainya, yang bekerja sama untuk
melaksanakan tujuan tertentu.
Murdick & Ross (dalam Al Fatta, 2007) mendefinisikan Sistem sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan
bersama.
Berdasarkan pengertian beberapa tokoh tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa sistem adalah sekelompok bagian yang saling berhubungan secara
kompleks dan rapi untuk melaksanakan kegiatan agar mencapai tujuan
tertentu.
2. PENGERTIAN INFORMASI
Menurut Bodnar & Hopwood (2000) informasi merupakan data yang diolah
sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan dasar dalam mengambil sebuah
keputusan yang tepat dan benar.
Menurut Kusrini & Koniyo (2007) Informasi adalah data yang sudah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber Informasi.
Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah hasil dari pengolahan data
dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi
penerimanya, yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang
berguna untuk para pengambil keputusan.
Menurut Sutabri (2012) informasi adalah data yang diolah dan diinterpretasikan untuk mengambil sebuah keputusan.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa Informasi data yang diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerimanya dan diinterpretasikan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
3. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut Clifford T. Morgan (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
Menurut Wundt (dalam Basuki, 2008) berpendapat psikologi merupakan ilmu tentang
kesadaran manusia (The science of human consciousness). Dari batasan
ini dapat dikemukakan bahwa dalam Psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam
kesadaran manusia. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam
psikologi.
Menurut Gardner Murphy (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah
ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap
lingkungannya.
Menurut Muhibbinsyah (2001), Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah
tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi berbicara, duduk berjalan
dan lain sebagainya, sedangakan tingkah laku tertutup meliputi berfikir,
berperasaan, berkeyakinan dan lain sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa maupun tingkah laku manusia secara individu maupun kelompok.
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Berdasarkan pengertian istilah-istilah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang
didalamnya terdapat kombinasi dari manusia dan teknologi yang
dimaksudkan mengolah data mengenai perilaku manusia sehingga
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
CONTOH KASUS
Pada era modern saat ini peran teknologi computer makin dibutuhkan dalam
berbagai disiplin ilmu. Hal ini dikarenakan banyaknya keuntungan dan
kemudahan dalam mengolah data menjadi suatu informasi yang dapat
dipercaya. Salah satu disiplin ilmu yang menggunakan perantara computer
adalah psikologi. Dalam bidang psikologi, tentu sudah menjadi hal biasa dengan penggunaan
tes psikologi, salah satunya adalah tes Papikostick. Dalam skoring tes
Papikostick menggunakan computer dalam pengerjaannya diharuskan
memasukan data-data dari tes yang telah dilakukan sebelumnya sesuai
langkah-langkah yang telah ditetapkan, kemudian teknologi komputer
memproses data-data tersebut hingga menghasilkan suatu informasi data
dalam hal ini hasil tes pada individu yang mengerjakan tes papikostick
sebelumnya.
ANALISIS KASUS
Berdasarkan contoh kasus sebelumnya, penggunaan teknologi komputer mampu
menghasilkan informasi data dalam pengolahannya dengan waktu yang
sangat efisien sehingga memberi keuntungan dan kemudahan pada individu
yang akan melakukan skoring. Dalam skoring tes Papikostick yang
menggunakan teknologi komputer dalam pengerjaannya terjadi; Input (data) à Proses (pengolahan data) à Output (informasi).
data- data dimasukan kedalam system pemrosesan data kemudian di olah
sehingga menghasilkan suatu output yang merupakan hasil dari skoring tes
papikostick. Namun walaupun system informasi psikologi berbasis
teknologi bukan berarti akan terlepas dari kesalahan ataupun error.
SUMBER :
Gaol, J.L. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta : PT Gramedia
Jogiyanto. (2005). Analisis dan desain sistem informasi.Yogyakarta : Penerbit Andi
Muhibbinsyah. (2001). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus umum bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sutabri, T. (2012). Analisis sistem informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi
Sarwono, S. W. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta : Rajawali Pers
Bodnar, G. H., & Hopwood, W. S. (2000). Sistem informasi akutansi, terjemahan Amir Abadi Jusuf, Rudi M. Tambunan. Jakarta : Salemba Empat
Kamis, 23 Juni 2016
TERAPI KELURAGA
Pengertian Terapi Keluarga
2. Manfaat bagi keluarga
memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya terhadap pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargainya sebagai manusia maupun terhadap potensi – potensinya masih ada. Keluarga dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.
a. Konflik peran
Konflik peran terjadi ketika dua atau lebih anggota keluarga berselisih paham tentang
suatu peran. Contoh: ayah tiri mengambiltanggung jawab pendisiplinan, sedang istrinya menganggap itu sebagai tugasnya
b. Kebalikan peran
Kebalikan peran mencakup anggota keluarga sementara memegang peran yang
berlawanan dengan peran-peran yang biasanya dilakukan. Contoh: anak perempuan berangan apa yang sesuai untuk dilakukan ibunya apabila anaknya perempuan melanggar aturan jam malam
- Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan dalam keluarga antara lain Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan Behavioral (Ahmasitoh, 2012).
- Terapi keluarga merupakan contoh pendekatan “sistematik” untuk memahami memodifikasi perilaaku pengalaman yang bermasalah, keluarga atau system social lain,lebih menjadi focus pemahaman dan intervensi dibandingkan pasien sendiri. Masalah pada pasien dilihat sebagai fungsi strategic untuk mempertahankan beberapa aspek fungsi keluarga. Tugas ahli terapi adalah untuk mengidentifikasi fungsi ini dan membantu keluarga untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif, Ahli terapi keluarrga dapat menggunakan modifikasi perilaku langsung terhasap suatu gejala, tidak hanya sebagai tujuan tarapeutik (Davis & Craig 2009)
Cara Melakukan Terapi Keluarga
Jika konselor/terapist melakukan intervensi terhadap keluarga atau pasangan,
seluruh anggota keluarga hendaknya terlibat bersama. Hal ini disebut Conjoint Conseling/Therapy, karena seluruh keluarga dilihat sebagai kelompok tunggal. Jadi permasalahan tidak hanya didiskusikan dengan satu atau dua anggota keluarga saja. Konseling/terapi ini memliki keuntungan membawa seluruh anggota keluarga secara langsung dalam proses terapi. Hal ini memungkinkan adanya kesepakatan untuk bekerjasama untuk perubahan dan memperkecil kemungkinan anggota keluarga yang lain memberikan bimbingan yang berbeda Menurut Kendall (dalam Hasnida, 2002).
Familiy Conseling/Therapy merupakan satu bentuk intervensi yang ditujukan bagi penyelesaian masalah keluarga. Pendekatan pada intervensi ini sangat concerned dengan struktur keluarga (baik dalam bentuk dyad maupun triad). Yang dimaksud dengan dyad adalah 2 orang yang diamati dan diperlakukan sebagai 1 unit, biasanya parental dyad. Sedangkan triad adalah 3 orang yang diamati sebagai 1 unit. Yang diobservasi adalah bagaimana para anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang menjadi focus dari Familiy Conseling/Therapy, yaitu :
seluruh anggota keluarga hendaknya terlibat bersama. Hal ini disebut Conjoint Conseling/Therapy, karena seluruh keluarga dilihat sebagai kelompok tunggal. Jadi permasalahan tidak hanya didiskusikan dengan satu atau dua anggota keluarga saja. Konseling/terapi ini memliki keuntungan membawa seluruh anggota keluarga secara langsung dalam proses terapi. Hal ini memungkinkan adanya kesepakatan untuk bekerjasama untuk perubahan dan memperkecil kemungkinan anggota keluarga yang lain memberikan bimbingan yang berbeda Menurut Kendall (dalam Hasnida, 2002).
v Mengubah sekuen perilaku diantara anggota keluarga.
v Memberanikan anggota keluarga untuk berpendapat beda dari yang lain.
v Mengusulkan beberapa alliance (persekutuan atau perserikatan) dan
v melemahkan beberapa yang lain. Menurut Perez (dalam Hasnida, 2002).
v Jadi, focus dari Family Conseling/Therapy lebih pada outcome dan perubahan, bukan pada metodenya itu sendiri. Ukuran dari keberhasilan konseling/terapi adalah bila ada perubahan dalam family construct. yang terutama diperhatikan adalah “relationship” di antara anggota keluarga. Apa yang diinterpretasi adalah suasana yang diciptakan oleh relasi keluarga itu dan bukannya symptom-symptom yang muncul Menurut Perez (dalam Hasnida, 2002).
Tujuan Terapi Keluarga
1. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai
bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota
keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu
atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan
keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan
meningkatkan keutuhan keluarga.
Manfaat Terapi Keluarga
1. Manfaat bagi klien
mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya. Jika dilakukan pada program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan
mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya. Jika dilakukan pada program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan
2. Manfaat bagi keluarga
memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya terhadap pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargainya sebagai manusia maupun terhadap potensi – potensinya masih ada. Keluarga dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.
Contoh Kasus yang dapat diselesaikan dengan Terapi Keluarga
Konflik peran terjadi ketika dua atau lebih anggota keluarga berselisih paham tentang
suatu peran. Contoh: ayah tiri mengambiltanggung jawab pendisiplinan, sedang istrinya menganggap itu sebagai tugasnya
b. Kebalikan peran
Kebalikan peran mencakup anggota keluarga sementara memegang peran yang
berlawanan dengan peran-peran yang biasanya dilakukan. Contoh: anak perempuan berangan apa yang sesuai untuk dilakukan ibunya apabila anaknya perempuan melanggar aturan jam malam
SUMBER :
- Hasnida. 2002. Family Counseling. Sumatera utara. : Universitas Sumatera Utara
- Almasitoh, H.Ummu. (2012). Model Terapi Dalam Keluarga. Jurnal Psikologi. .No.80. Universitas UNWIDHA Klaten
- Davies, T., & Craig, TKJ. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
- Afiantika. (2014). Studi kasus terapi keluarga. http://afiantika.blogspot.com/2014/05/studi-kasus-terapi-keluarga.html. Diakses pada tanggal 03 Mei 2015. 11:52
- Almasitoh, U. H., (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Jurnal Magistra. Vol. 24, 31-34.
- Roberts, A.R., Greene, G.J. (2008). Buku pintar pekerja sosial. Jakarta: Gunung Mulia
TERAPI KELOMPOK
APA ITU TERAPI KELOMPOK?
BAGAIMANA KONSEP TERAPI KELOMPOK?
1. Terapi Kelompok Psikoanalisa
a) Konsep psikoanalisa dijadikan terapi kelompok oleh Wolf (1957) dan Slavson (1964).
b) Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita dalam satu kelompok.
c) Pertemuan berlangsung selama 90 menit dan tiga kali per minggu.
d) Menurut Slavson, terapi kelompok berguna untuk membantu klien memperoleh insight,meningkatkan kesadaran emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil.
e) Teknik-teknik teori psikoanalisa dalam konseling kelompok dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan. Kelompok dibedakan atas :
1) Kelompok aksi (action group) yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu.
2) Kelompok studi (study group) yang dirancang dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan menggunakan sumber-sumber tertentu.
3) Kelompok diskusi (discussion group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi.
2. Psikodrama / Roleplay
a) Dibuat oleh Jacob Moreno (1920), bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku spontan, dan saling memahami antar-anggota.
b) Ada tahap dimana klien memperagakan peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya.
c) Ada juga tahap dimana anggota berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
d) Menurut Moreno, bermain peran lebih efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi.
3. Analisis Transaksional
a) Dikemukakan oleh Eric Berne (1950). Menurut Berne fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi klien, untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi.
b) Diawali dengan kontrak ("Saya ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup).
4. Terapi Perilaku Berkelompok
a) Beberapa orang dengan masalah perilaku yang sama dapat diterapi bersama.
b) Terdapat tiga jenis terapi perilaku berkelompok yaitu systematic desentizitation (terdiri dari klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi), assertion training groups(anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap anggota lain, lalu yang lan memberi komentar) dan kontrol yang ditujukan terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan).
5. T-Group / Sensitivity Training Group
a) Ditujukan untuk individu normal.
b) Kelompok terdiri dari 10-15 individu.
c) Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan tujuan terhadap orang lain, melatih kejujuran dan jadi diri sendiri, belajar memberi dan menerima umpan balik dan menyelesaikan konflik interpersonal.
d) Hanya ada trainer yang membantu menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari pengalaman.
6. Encounter Groups
a) Untuk mengatasi keterasingan terhadap lingkungan.
b) Pandangan perasaan bahagia, merasa diri penuh, bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi sebagai manusia dan memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan keintiman bersama.
c) Terapis tidak ikut campur dalam proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai. ContohMarriage Encounte.
1. Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
2. Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan
- Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain.
BAGAIMANA KONSEP TERAPI KELOMPOK?
- Terapi kelompok merupakn suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti, gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan pribadi klien tidak terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya. Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial diharapakan klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain.
APA SAJA JENIS-JENIS TERAPI KELOMPOK?
1. Terapi Kelompok Psikoanalisa
a) Konsep psikoanalisa dijadikan terapi kelompok oleh Wolf (1957) dan Slavson (1964).
b) Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita dalam satu kelompok.
c) Pertemuan berlangsung selama 90 menit dan tiga kali per minggu.
d) Menurut Slavson, terapi kelompok berguna untuk membantu klien memperoleh insight,meningkatkan kesadaran emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil.
e) Teknik-teknik teori psikoanalisa dalam konseling kelompok dilihat dari sudut kegiatan yang dilakukan. Kelompok dibedakan atas :
1) Kelompok aksi (action group) yang dirancang dengan tugas utama mengerjakan sesuatu.
2) Kelompok studi (study group) yang dirancang dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan menggunakan sumber-sumber tertentu.
3) Kelompok diskusi (discussion group), yang dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi.
2. Psikodrama / Roleplay
a) Dibuat oleh Jacob Moreno (1920), bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku spontan, dan saling memahami antar-anggota.
b) Ada tahap dimana klien memperagakan peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya.
c) Ada juga tahap dimana anggota berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
d) Menurut Moreno, bermain peran lebih efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi.
3. Analisis Transaksional
a) Dikemukakan oleh Eric Berne (1950). Menurut Berne fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi klien, untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi.
b) Diawali dengan kontrak ("Saya ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup).
4. Terapi Perilaku Berkelompok
a) Beberapa orang dengan masalah perilaku yang sama dapat diterapi bersama.
b) Terdapat tiga jenis terapi perilaku berkelompok yaitu systematic desentizitation (terdiri dari klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi), assertion training groups(anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap anggota lain, lalu yang lan memberi komentar) dan kontrol yang ditujukan terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan).
5. T-Group / Sensitivity Training Group
a) Ditujukan untuk individu normal.
b) Kelompok terdiri dari 10-15 individu.
c) Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan tujuan terhadap orang lain, melatih kejujuran dan jadi diri sendiri, belajar memberi dan menerima umpan balik dan menyelesaikan konflik interpersonal.
d) Hanya ada trainer yang membantu menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari pengalaman.
6. Encounter Groups
a) Untuk mengatasi keterasingan terhadap lingkungan.
b) Pandangan perasaan bahagia, merasa diri penuh, bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi sebagai manusia dan memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan keintiman bersama.
c) Terapis tidak ikut campur dalam proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai. ContohMarriage Encounte.
KARAKTERISTIK TERAPI KELOMPOK
1. Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis. Panjang sesi adalah 90-120 menit.
2. Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat.
3. Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll).
4. Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan).
APA TUJUAN TERAPI KELOMPOK?
- Tujuan terapi kelompok adalah untuk meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, membagi emosi atau perasaan yang dimiliki pasien dan agar pasien mandiri.
LANGKAH-LANGKAH TERAPI KELOMPOK
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
2. Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan
pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.
3. Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.
Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.
Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.
4. Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.
Taraf permulaan. Dalam langkah ini, terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya karena tiap anggota harus saling menghormati agar apabila anggota yang satu sedang berbicara maka anggota yang lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan antara anggota yang satu dengan yang lain serta dengan terapis, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota kelompok dengan terapis, serta adanya kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan.
Mengembangkan dan memelihara situasi kelompok.
Melakukan diskusi, saling berbagi pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.
Taraf permulaan. Dalam langkah ini, terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya karena tiap anggota harus saling menghormati agar apabila anggota yang satu sedang berbicara maka anggota yang lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan antara anggota yang satu dengan yang lain serta dengan terapis, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota kelompok dengan terapis, serta adanya kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan.
Mengembangkan dan memelihara situasi kelompok.
Melakukan diskusi, saling berbagi pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
5. Tahap Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
APA MANFAATNYA?
- Dapat mengidentifikasi masalah bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama
- Dapat membantu klien untuk meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien lain sehingga setiap dari mereka dapat saling mendukung
- Dapat membantu menghilangkan perasaan-perasaan terisolasi dalam diri klien
- Dapat membantu menghilangkan kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh klien
- Dapat mendorong klien untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati
- Dapat membantu klien untuk melepaskan ketegangan dalam diri yang telah dipendam
- Dapat meningkatkan klien untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain.
KASUS-KASUS YANG DISELESAIKAN DALAM TERAPI KELOMPOK
Terapi kelompok dapat menjadi terapi pilihan untuk orang yang masalahnya terutama antarpribadi dan yang tidak mengalami gangguan psikiatrik utama. Terapi kelompok juga baik untuk orang yang hanya memerlukan tempat dimana ia dapat mencoba perilaku yang baru dan mempraktekkan keterampilan sosial yang baru. Berikut kasus-kasusnya :
- Kecanduan alcohol, obat-obat terlarang dan rokok
- Kekerasan seksual
- Stress dalam menghadapi penyakit yang di derita
- Trauma
- Korban bullying
- Insomnia
- Permasalahan hubungan sosial
- Orang yang mengalami masalah emosional
- Siswa yang mengalami kesulitan belajar
SUMBER :
- Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: KANISIUS
- Suharto, E. (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri – CSR. Bandung: Refika Aditama
- Ahmad, T. (2011, 06 20). Makalah Terapi Kelompok. Dipetik 05 20, 2014, dari Katulumbu:http://katumbu.blogspot.com/2012/06/makalah-terapi-kelompok.html
- Hartford, M.E.coyle, G.L.(2009) Social process in the community and the group: significant areas of content in a social work curriculum.cornell university: council on social work education
- Rawlins, T.R.P., Williams, S.R., Beck, C.M. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing a Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.
- http://saskianauval256.blogspot.com/2016/05/softskill-terapi-kelompok.html
- http://larasdwip.blogspot.com/2015/07/psikoterapi-terapi-kelompok.html
Minggu, 03 April 2016
LOGOTHERAPY
SEJARAH LOGOTHERAPY
Seorang tokoh psikologi eksistensial bernama Victor Frankl adalah penggagas utama dari logoterapi. Frankle mengungkapkan bahwa selama individu mempunyai makna hidup, ia akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang memuaskan.
Frankl berpendapat bahwa kekuatan yang paling utama untuk menggerakan kepribadian manusia terletak dari sejauh mana keinginanya untuk memberi makna hidup (the will to meaning). kemudian hal ini menjadi dasar penelitian dan kekuatan bidang studinya yang disebut LogoTerapi.
APA ITU LOGOTHERAPY?
Logo therapy berasal dari dua kata, yaitu logo berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Adapun kata terapi berasal dari bahasa Inggris theraphy yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit.
Jadi kata logo therapy artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup. Logo therapy bertugas membantu pasien menemukan makna hidup. Artinya, logo therapy membuat pasien sadar tentang adanya logo tersembunyi dalam hidupnya.
Selain berarti makna (meaning), arti logo therapy dalam bahasa Yunani juga berarti rohani (spirituality). Dengan demikian, secara umum logo therapy dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan (termasuk dimensi sosial). Namun Frankl menyatakan bahwa spirituality atau kerohanian dalam logo therapy tidak mengandung konotasi agama, bahkan menyatakan ajaran logo therapy bersifat sekuler.
Logo therapy mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-rohani yang tak terpisahkan. Seorang psikoterapis tidak mungkin dapat memahami dan melakukan terapi secara baik, bila mengabaikan dimensi rohani yang justru merupakan salah satu sumber kekuatan dan kesehatan manusia. Selain itu logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreativitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan mental.
Logo therapy percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Oleh sebab itu sebagai keinginan untuk mencari makna hidup, yang sangat berbeda dengan pleasure principle (prinsip kesenangan atau lazim dikenal dengan keinginan untuk mencari kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran psikoanalisis. Oleh karena itu, kenikmatan sekalipun tidak dapat memberi arti kepada hidup manusia. Orang yang dalam hidupnya terus menerus mencari kenikmatan, akan gagal mendapatkannya karena ia memusatkannya pada hal-hal tersebut. Orang itu akan mengeluh bahwa hidupnya tidak mempunyai arti yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitasnya yang tidak mengandung nilai-nilai yang luhur. Jadi yang penting bukanlah aktivitas yang dikerjakannya, melainkan bagaimana caranya ia melakukan aktivitas itu, yaitu sejauh mana ia dapat menyatakan keunikan dirinya dalam aktivitasnya itu.
Logo therapy mempunyai landasan filosofis yaitu: kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Dalam kebebasan berkeinginan, Frankl memandang bahwa manusia mempunyai kebebasan berkeinginan dalam batas tertentu. Manusia tidaklah bebas dari kondisi-kondisi fisik, lingkungan, dan psikologis, namun manusia mempunyai kebebasan untuk mengambil sikap terhadap kondisi-kondisi seperti itu. Keinginan akan makna merupakan motivasi utama manusia. Frankl memandang bahwa kesenangan, bukanlah tujuan utama manusia. Ia memandang bahwa kesenangan hanyalah efek dari pemenuhan dorongan dalam mencapai tujuan yaitu makna hidup. Makna hidup dapat ditemukan dalam keadaan apapun, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan.
KONSEP DASAR LOGOTHERAPY
a. Makna Hidup (Meaning of Life)
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup terkait dengan alasan dan tujuan dari kehidupan itu sendiri.
Menurut Frankl, makna hidup bersifat objektif dan berada di luar diri manusia. Makna hidup bukanlah sesuatu yang merupakan hasil dari pemikiran idealistik dan hasrat-hasrat atau naluri dari manusia. Makna hidup bersifat objektif dan berada di luar manusia karena ia menantang manusia untuk meraihnya. Jika status objektif tidak dimiliki oleh makna, maka makna tidak akan bersifat menuntut dan tidak akan menjadi tantangan.
b. Nilai-nilai Kreatif
Nilai-nilai kreatif merupakan nilai-nilai yang didapat dengan cara beraktivitas secara langsung terhadap suatu pekerjaan yang bisa membawa diri kita merasa bermakna. Pekerjaan ini tidak hanya terbatas pada pekerjaan yang bersifat formal dan menghasilkan uang, namun juga pekerjaan-pekerjan yang bersifat non-profit. Dalam sebuah pekerjaan, Frankl menekankan bahwa apapun pekerjaan itu dapat memberikan makna terhadap individu yang melakukannya.
c. Nilai-nilai Penghayatan
Nilai-nilai penghayatan merupakan suatu kegiatan menemukan makna dengan cara meyakini dan menghayati sesuatu. Sesuatu ini dapat berupa kebenaran, kebajikan, keyakinan agama, dan keimanan. Frankl percaya bahwa seseorang dapat menemukan makna dengan menemui kebenaran, baik melalui keyakinan agama atau yang bersumber dari filsafat hidup yang sekuler sekalipun. Keyakinan beragama merupakan salah satu dari berbagai keyakinan yang dapat memberikan makna hidup.
d. Nilai-nilai Bersikap
Nilai ini merupakan sikap yang diambil terhadap sebuah penderitaan yang tidak dapat dielakkan atau tak terhindarkan (inavoid moment). Hal ini bisa dalam bentuk kematian seseorang yang dicintai, penyakit yang tak dapat disembuhkan atau kecelakaan yang tragis. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin hal ini sama halnya dengan takdir yang dikenal dalam masyarakat kita. Sikap-sikap yang dikembangkan dalam hal ini antara lain menerima dengan ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dielakkan.
Hal ini, menurut Frankl, bisa dilakukan karena manusia mempunyai kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment). Dengan kemampuan ini manusia mampu menjadi hakim terhadap dirinya dan akhirnya bisa menetukan sikap yang tepat terhadap apa yang menimpanya.
e. Dimensi Manusia dalam Logo therapy
Logo therapy memandang manusia mempunyai dimensi spiritual, selain dimensi fisik dan dimensi kejiwaan. Dalam aliran-aliran psikologi seperti psikoanalisa dan behavior, spiritualitas sangat diabaikan. Psikoanalisa hanya menekankan pada aspek-aspek psikologis yang merupakan wujud dari tuntutan kebutuhan jasmani. Sedangkan behavior menekankan aspek fisik atau perilaku yang tampak. Dalam pandangan logo therapy ketiga dimensi manusia ini (fisik, psikologis, dan spiritual) tidak boleh diabaikan dalam rangka memahami manusia seutuhnya. Dimensi spiritual dalam pandangan Frankl tidak selalu identik dengan agama. Setiap orang mempunyai dimensi spiritual sekalipun pada penganut atheis. Dimensi spiritualitas dari manusia bersifat universal sebagaimana dimensi fisik dan psikologis. Frankl juga menyebut dimensi spiritual ini dengan “nootic” untuk menghindari term spiritual yang diidentikan dengan agama tertentu. Dimensi spiritual ini merupakan dimensi khas manusia dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain. Sebagai dimensi khas manusia, dimensi spiritual (nootic) ini terdiri dari kualitas-kualitas insani seperti hasrat akan makna, orientasi tujuan, iman, cinta kasih, kretivitas, imaginasi, tanggungjawab, self transcendence, komitmen, humor dan kebebasan dalam mengambil keputusan (Bastaman, 1995).
f. Sindroma Ketidakbermaknaan
Menurut Frankl, seseorang yang tidak menemukan makna hidup akan mengalami sindroma ketidakbermaknaan (syndrom of meaninglessness). Sindroma ini terdiri dari dua tahapan yaitu kevakuman eksistensi (existential vacum) dan neurosis noogenik. Kevakuman eksistensial terjadi ketika hasrat akan makna hidup tidak terpenuhi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari kevakuman eksistensial ini antara lain perasaan hampa, bosan, kehilangan inisiatif, dan kekosongan dalam hidup. Fenomena ini merupakan fenomena yang menonjol pada masyarakat modern saat ini. Hal ini dikarenakan pola masyarakat modern yang sudah terlalu jauh meninggalkan hal-hal yang bersifat religi dan moralitas.
TUJUAN LOGOTHERAPY
Logotherapy bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.Adapun tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya.
2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
TEKNIK LOGOTHERAPY
Dijelaskan dalam Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal, Derefleksi dan Bimbingan Rohani.
1. Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.
2. Derefleksi
Frankl (dalam Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.
3. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
4. Ekstensial Analisis
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
Doktrin utama dalam eksistensialisme bahwa manusia bebas untuk memilih. Manusia merencanakan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Artinya manusia bertanggung jawab terhadap dirinya. Dalam membentuk dirinya, manusia mendapat kesempatan setiap kali memilih apa yang baik dan apa yang kurang baik baginya. Setiap pilihan dijatuhkan terhadap alternatif-alternatif yang dihadapinya adalah pilihannya sendiri.
LANGKAH- LANGKAH PROSES TERAPI
Terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain :
1. Menghadapi Situasi Itu
Diagnosis yang tepat merupakan langkah pertama dalam terapi dan merupakan sesuatu yang penting. Seluruh gangguan fisik pasien merupakan faktor-faktor fisik, psikologis, dan spiritual. Tidak ada neurosis somatogenik, psikogenik, noogenik saja.. tujuan diagnosis adalah menentukan sifat dari setiap faktor dan mengindentifikasi faktor manakah yang dominan. Apabila faktor fisik yang dominan, maka kondisi itu disebut psikosis,dan apabila faktor psikologis yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis. Sebaliknya, apabila faktor spiritual yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis noogenik.
2. Kesadaran akan Simtom
Dalam menangani reaksi-reaksi neurosis psikogenik, logoterapi diarahkan bukan pada simtom-simtom dan bukan juga pada penyebab psikis, melainkan sikap pasien terhadap simtom-simtom tersebut. Dalam mengubah sikap pasien terhadap simtom-simtom itu, logoterapi benar-benar merupakan suatu terapi yang personalistik.
3. Mencari Penyebab
Logotherapy adalah suatu terapi khusus bagi frustasi eksistensial (kehampaan eksistensial) atau frustasi terhadap keinginan akan makna. Kondisi-kondisi ini jika menghasilkan simtom-simtom neurotic, maka disebut neurosis noogenik.
Logotherapy berurusan dengan penyadaran manusia terhadap tanggung jawabnya karena tanggung jawab merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia. Tanggung jawab berarti kewajiban, dan kewajiban tersebut hanya dapat dipahami dalam kaitanya dengan makna, yakni makna hidup manusia. Jadi, logoterapi berkenaan dengan mana dalam berbagai aspek dan bidang-bidangnya. Makna keberadaan itu dapat berupa makna hidup dan mati.
4. Menemukan Hubungan antara Penyebab dan Simtom
Neurosis kecemasan dan keadaan fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi yang ditakuti pasien. Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat kecemasan antisipatori yang mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau menarik diri dari situasi-situasi tersebut, dimana ia merasakan bahwa kecemasanya akan terjadi. Dalam kasus-kasus yang menyangkut kecemasan antisipatori, teknik logoterapi yang disebut intense paradoksikal (paradoxical intention) sangat berguna.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LOGOTHERAPY
- Kelebihan Logoterapi
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita.
- Kekurangan Logoterapi
Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga menyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut.
SUMBER :
Tasmara, H.T. (2001). Kecerdasan ruhaniah (Transcendental Intelligence). Jakarta: Gema Insani
Semium. Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta. Kanisius.
Kuswara, E., (1992). Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl.Jakarta:Erlangga
Willis, S.,(2004).Konseling Iniviual Teri dan Praktek. Bandung;Anggota IKAPI
Kanisius., (1997). Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta; Anggota IKAPI
Corey, H. (2007). Teori dan Praktek Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Seorang tokoh psikologi eksistensial bernama Victor Frankl adalah penggagas utama dari logoterapi. Frankle mengungkapkan bahwa selama individu mempunyai makna hidup, ia akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang memuaskan.
Frankl berpendapat bahwa kekuatan yang paling utama untuk menggerakan kepribadian manusia terletak dari sejauh mana keinginanya untuk memberi makna hidup (the will to meaning). kemudian hal ini menjadi dasar penelitian dan kekuatan bidang studinya yang disebut LogoTerapi.
APA ITU LOGOTHERAPY?
Logo therapy berasal dari dua kata, yaitu logo berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Adapun kata terapi berasal dari bahasa Inggris theraphy yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit.
Jadi kata logo therapy artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup. Logo therapy bertugas membantu pasien menemukan makna hidup. Artinya, logo therapy membuat pasien sadar tentang adanya logo tersembunyi dalam hidupnya.
Selain berarti makna (meaning), arti logo therapy dalam bahasa Yunani juga berarti rohani (spirituality). Dengan demikian, secara umum logo therapy dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan (termasuk dimensi sosial). Namun Frankl menyatakan bahwa spirituality atau kerohanian dalam logo therapy tidak mengandung konotasi agama, bahkan menyatakan ajaran logo therapy bersifat sekuler.
Logo therapy mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-rohani yang tak terpisahkan. Seorang psikoterapis tidak mungkin dapat memahami dan melakukan terapi secara baik, bila mengabaikan dimensi rohani yang justru merupakan salah satu sumber kekuatan dan kesehatan manusia. Selain itu logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreativitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan mental.
Logo therapy percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Oleh sebab itu sebagai keinginan untuk mencari makna hidup, yang sangat berbeda dengan pleasure principle (prinsip kesenangan atau lazim dikenal dengan keinginan untuk mencari kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran psikoanalisis. Oleh karena itu, kenikmatan sekalipun tidak dapat memberi arti kepada hidup manusia. Orang yang dalam hidupnya terus menerus mencari kenikmatan, akan gagal mendapatkannya karena ia memusatkannya pada hal-hal tersebut. Orang itu akan mengeluh bahwa hidupnya tidak mempunyai arti yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitasnya yang tidak mengandung nilai-nilai yang luhur. Jadi yang penting bukanlah aktivitas yang dikerjakannya, melainkan bagaimana caranya ia melakukan aktivitas itu, yaitu sejauh mana ia dapat menyatakan keunikan dirinya dalam aktivitasnya itu.
Logo therapy mempunyai landasan filosofis yaitu: kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Dalam kebebasan berkeinginan, Frankl memandang bahwa manusia mempunyai kebebasan berkeinginan dalam batas tertentu. Manusia tidaklah bebas dari kondisi-kondisi fisik, lingkungan, dan psikologis, namun manusia mempunyai kebebasan untuk mengambil sikap terhadap kondisi-kondisi seperti itu. Keinginan akan makna merupakan motivasi utama manusia. Frankl memandang bahwa kesenangan, bukanlah tujuan utama manusia. Ia memandang bahwa kesenangan hanyalah efek dari pemenuhan dorongan dalam mencapai tujuan yaitu makna hidup. Makna hidup dapat ditemukan dalam keadaan apapun, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan.
KONSEP DASAR LOGOTHERAPY
a. Makna Hidup (Meaning of Life)
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup terkait dengan alasan dan tujuan dari kehidupan itu sendiri.
Menurut Frankl, makna hidup bersifat objektif dan berada di luar diri manusia. Makna hidup bukanlah sesuatu yang merupakan hasil dari pemikiran idealistik dan hasrat-hasrat atau naluri dari manusia. Makna hidup bersifat objektif dan berada di luar manusia karena ia menantang manusia untuk meraihnya. Jika status objektif tidak dimiliki oleh makna, maka makna tidak akan bersifat menuntut dan tidak akan menjadi tantangan.
b. Nilai-nilai Kreatif
Nilai-nilai kreatif merupakan nilai-nilai yang didapat dengan cara beraktivitas secara langsung terhadap suatu pekerjaan yang bisa membawa diri kita merasa bermakna. Pekerjaan ini tidak hanya terbatas pada pekerjaan yang bersifat formal dan menghasilkan uang, namun juga pekerjaan-pekerjan yang bersifat non-profit. Dalam sebuah pekerjaan, Frankl menekankan bahwa apapun pekerjaan itu dapat memberikan makna terhadap individu yang melakukannya.
c. Nilai-nilai Penghayatan
Nilai-nilai penghayatan merupakan suatu kegiatan menemukan makna dengan cara meyakini dan menghayati sesuatu. Sesuatu ini dapat berupa kebenaran, kebajikan, keyakinan agama, dan keimanan. Frankl percaya bahwa seseorang dapat menemukan makna dengan menemui kebenaran, baik melalui keyakinan agama atau yang bersumber dari filsafat hidup yang sekuler sekalipun. Keyakinan beragama merupakan salah satu dari berbagai keyakinan yang dapat memberikan makna hidup.
d. Nilai-nilai Bersikap
Nilai ini merupakan sikap yang diambil terhadap sebuah penderitaan yang tidak dapat dielakkan atau tak terhindarkan (inavoid moment). Hal ini bisa dalam bentuk kematian seseorang yang dicintai, penyakit yang tak dapat disembuhkan atau kecelakaan yang tragis. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin hal ini sama halnya dengan takdir yang dikenal dalam masyarakat kita. Sikap-sikap yang dikembangkan dalam hal ini antara lain menerima dengan ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dielakkan.
Hal ini, menurut Frankl, bisa dilakukan karena manusia mempunyai kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment). Dengan kemampuan ini manusia mampu menjadi hakim terhadap dirinya dan akhirnya bisa menetukan sikap yang tepat terhadap apa yang menimpanya.
e. Dimensi Manusia dalam Logo therapy
Logo therapy memandang manusia mempunyai dimensi spiritual, selain dimensi fisik dan dimensi kejiwaan. Dalam aliran-aliran psikologi seperti psikoanalisa dan behavior, spiritualitas sangat diabaikan. Psikoanalisa hanya menekankan pada aspek-aspek psikologis yang merupakan wujud dari tuntutan kebutuhan jasmani. Sedangkan behavior menekankan aspek fisik atau perilaku yang tampak. Dalam pandangan logo therapy ketiga dimensi manusia ini (fisik, psikologis, dan spiritual) tidak boleh diabaikan dalam rangka memahami manusia seutuhnya. Dimensi spiritual dalam pandangan Frankl tidak selalu identik dengan agama. Setiap orang mempunyai dimensi spiritual sekalipun pada penganut atheis. Dimensi spiritualitas dari manusia bersifat universal sebagaimana dimensi fisik dan psikologis. Frankl juga menyebut dimensi spiritual ini dengan “nootic” untuk menghindari term spiritual yang diidentikan dengan agama tertentu. Dimensi spiritual ini merupakan dimensi khas manusia dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain. Sebagai dimensi khas manusia, dimensi spiritual (nootic) ini terdiri dari kualitas-kualitas insani seperti hasrat akan makna, orientasi tujuan, iman, cinta kasih, kretivitas, imaginasi, tanggungjawab, self transcendence, komitmen, humor dan kebebasan dalam mengambil keputusan (Bastaman, 1995).
f. Sindroma Ketidakbermaknaan
Menurut Frankl, seseorang yang tidak menemukan makna hidup akan mengalami sindroma ketidakbermaknaan (syndrom of meaninglessness). Sindroma ini terdiri dari dua tahapan yaitu kevakuman eksistensi (existential vacum) dan neurosis noogenik. Kevakuman eksistensial terjadi ketika hasrat akan makna hidup tidak terpenuhi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari kevakuman eksistensial ini antara lain perasaan hampa, bosan, kehilangan inisiatif, dan kekosongan dalam hidup. Fenomena ini merupakan fenomena yang menonjol pada masyarakat modern saat ini. Hal ini dikarenakan pola masyarakat modern yang sudah terlalu jauh meninggalkan hal-hal yang bersifat religi dan moralitas.
TUJUAN LOGOTHERAPY
Logotherapy bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.Adapun tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
1. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya.
2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
TEKNIK LOGOTHERAPY
Dijelaskan dalam Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal, Derefleksi dan Bimbingan Rohani.
1. Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.
2. Derefleksi
Frankl (dalam Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.
3. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
4. Ekstensial Analisis
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
Doktrin utama dalam eksistensialisme bahwa manusia bebas untuk memilih. Manusia merencanakan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Artinya manusia bertanggung jawab terhadap dirinya. Dalam membentuk dirinya, manusia mendapat kesempatan setiap kali memilih apa yang baik dan apa yang kurang baik baginya. Setiap pilihan dijatuhkan terhadap alternatif-alternatif yang dihadapinya adalah pilihannya sendiri.
LANGKAH- LANGKAH PROSES TERAPI
Terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain :
1. Menghadapi Situasi Itu
Diagnosis yang tepat merupakan langkah pertama dalam terapi dan merupakan sesuatu yang penting. Seluruh gangguan fisik pasien merupakan faktor-faktor fisik, psikologis, dan spiritual. Tidak ada neurosis somatogenik, psikogenik, noogenik saja.. tujuan diagnosis adalah menentukan sifat dari setiap faktor dan mengindentifikasi faktor manakah yang dominan. Apabila faktor fisik yang dominan, maka kondisi itu disebut psikosis,dan apabila faktor psikologis yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis. Sebaliknya, apabila faktor spiritual yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis noogenik.
2. Kesadaran akan Simtom
Dalam menangani reaksi-reaksi neurosis psikogenik, logoterapi diarahkan bukan pada simtom-simtom dan bukan juga pada penyebab psikis, melainkan sikap pasien terhadap simtom-simtom tersebut. Dalam mengubah sikap pasien terhadap simtom-simtom itu, logoterapi benar-benar merupakan suatu terapi yang personalistik.
3. Mencari Penyebab
Logotherapy adalah suatu terapi khusus bagi frustasi eksistensial (kehampaan eksistensial) atau frustasi terhadap keinginan akan makna. Kondisi-kondisi ini jika menghasilkan simtom-simtom neurotic, maka disebut neurosis noogenik.
Logotherapy berurusan dengan penyadaran manusia terhadap tanggung jawabnya karena tanggung jawab merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia. Tanggung jawab berarti kewajiban, dan kewajiban tersebut hanya dapat dipahami dalam kaitanya dengan makna, yakni makna hidup manusia. Jadi, logoterapi berkenaan dengan mana dalam berbagai aspek dan bidang-bidangnya. Makna keberadaan itu dapat berupa makna hidup dan mati.
4. Menemukan Hubungan antara Penyebab dan Simtom
Neurosis kecemasan dan keadaan fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi yang ditakuti pasien. Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat kecemasan antisipatori yang mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau menarik diri dari situasi-situasi tersebut, dimana ia merasakan bahwa kecemasanya akan terjadi. Dalam kasus-kasus yang menyangkut kecemasan antisipatori, teknik logoterapi yang disebut intense paradoksikal (paradoxical intention) sangat berguna.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LOGOTHERAPY
- Kelebihan Logoterapi
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita.
- Kekurangan Logoterapi
Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga menyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut.
SUMBER :
Tasmara, H.T. (2001). Kecerdasan ruhaniah (Transcendental Intelligence). Jakarta: Gema Insani
Semium. Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta. Kanisius.
Kuswara, E., (1992). Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl.Jakarta:Erlangga
Willis, S.,(2004).Konseling Iniviual Teri dan Praktek. Bandung;Anggota IKAPI
Kanisius., (1997). Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta; Anggota IKAPI
Corey, H. (2007). Teori dan Praktek Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Langganan:
Postingan (Atom)