Tinkerbell

Kamis, 23 Juni 2016

TERAPI KELURAGA

Pengertian Terapi Keluarga





  • Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan dalam keluarga antara lain Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan Behavioral (Ahmasitoh, 2012).
  • Terapi keluarga merupakan contoh pendekatan “sistematik” untuk memahami memodifikasi perilaaku pengalaman yang bermasalah, keluarga atau system social lain,lebih menjadi focus pemahaman dan intervensi dibandingkan pasien sendiri. Masalah pada pasien dilihat sebagai fungsi strategic untuk mempertahankan beberapa aspek fungsi keluarga. Tugas ahli terapi adalah untuk mengidentifikasi fungsi ini dan membantu keluarga untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif, Ahli terapi keluarrga dapat menggunakan modifikasi perilaku langsung terhasap suatu gejala, tidak hanya sebagai tujuan tarapeutik (Davis & Craig 2009)
Cara Melakukan Terapi Keluarga

Jika konselor/terapist melakukan intervensi terhadap keluarga atau pasangan,
seluruh anggota keluarga hendaknya terlibat bersama. Hal ini disebut Conjoint Conseling/Therapy, karena seluruh keluarga dilihat sebagai kelompok tunggal. Jadi permasalahan tidak hanya didiskusikan dengan satu atau dua anggota keluarga saja. Konseling/terapi ini memliki keuntungan membawa seluruh anggota keluarga secara langsung dalam proses terapi. Hal ini memungkinkan adanya kesepakatan untuk bekerjasama untuk perubahan dan memperkecil kemungkinan anggota keluarga yang lain memberikan bimbingan yang berbeda Menurut Kendall (dalam Hasnida, 2002).

Familiy Conseling/Therapy merupakan satu bentuk intervensi yang ditujukan bagi penyelesaian masalah keluarga. Pendekatan pada intervensi ini sangat concerned dengan struktur keluarga (baik dalam bentuk dyad maupun triad). Yang dimaksud dengan dyad adalah 2 orang yang diamati dan diperlakukan sebagai 1 unit, biasanya parental dyad. Sedangkan triad adalah 3 orang yang diamati sebagai 1 unit. Yang diobservasi adalah bagaimana para anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang menjadi focus dari Familiy Conseling/Therapy, yaitu :

v    Mengubah sekuen perilaku diantara anggota keluarga.
v    Memberanikan anggota keluarga untuk berpendapat beda dari yang lain.
v    Mengusulkan beberapa alliance (persekutuan atau perserikatan) dan
v    melemahkan beberapa yang lain. Menurut Perez (dalam Hasnida, 2002).
v    Jadi, focus dari Family Conseling/Therapy lebih pada outcome dan perubahan, bukan pada metodenya itu sendiri. Ukuran dari keberhasilan konseling/terapi adalah bila ada perubahan dalam family construct. yang terutama diperhatikan adalah “relationship” di antara anggota keluarga. Apa yang diinterpretasi adalah suasana yang diciptakan oleh relasi keluarga itu dan bukannya symptom-symptom yang muncul Menurut Perez (dalam Hasnida, 2002).



Tujuan Terapi Keluarga
1. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai
bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota
keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu
atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan
keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan
meningkatkan keutuhan keluarga.

Manfaat Terapi Keluarga

1. Manfaat bagi klien
mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya. Jika dilakukan pada program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan

2. Manfaat bagi keluarga
memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya terhadap pasien/klien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargainya sebagai manusia maupun terhadap potensi – potensinya masih ada. Keluarga dapat meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.

Contoh Kasus yang dapat diselesaikan dengan Terapi Keluarga

a. Konflik peran
Konflik peran terjadi ketika dua atau lebih anggota keluarga berselisih paham tentang
suatu peran. Contoh: ayah tiri mengambiltanggung jawab pendisiplinan, sedang istrinya menganggap itu sebagai tugasnya

b. Kebalikan peran
Kebalikan peran mencakup anggota keluarga sementara memegang peran yang
berlawanan dengan peran-peran yang biasanya dilakukan. Contoh: anak perempuan berangan apa yang sesuai untuk dilakukan ibunya apabila anaknya perempuan melanggar aturan jam malam


SUMBER :
  • Hasnida. 2002. Family Counseling. Sumatera utara. : Universitas Sumatera Utara
  • Almasitoh, H.Ummu. (2012). Model Terapi Dalam Keluarga. Jurnal Psikologi. .No.80. Universitas                UNWIDHA Klaten
  • Davies, T., & Craig, TKJ. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 
  • Afiantika. (2014). Studi kasus terapi keluarga. http://afiantika.blogspot.com/2014/05/studi-kasus-terapi-keluarga.html. Diakses pada tanggal 03 Mei 2015. 11:52
  • Almasitoh, U. H., (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Jurnal Magistra. Vol. 24, 31-34.
  • Roberts, A.R., Greene, G.J. (2008). Buku pintar pekerja sosial. Jakarta: Gunung Mulia

0 komentar:

Posting Komentar

 

FITRIA AULIA NUFUS Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang